Pendidikan Rendah Penyebab Daya Saing Kerja Lemah
Tanggal Publish: 14/02/2019, Oleh: DPP FSB Garteks
Mohammad Rudy Salahuddin, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, mengatakan persoalan pendidikan yang masih rendah menjadi penyebab daya saing kerja lemah. Ditambah lagi, ditengah masuknya era tekonologi 4.0, pemerintah harus bekerja keras untuk mencari solusinya.
“Tidak bisa dibantah, jika persoalan tingkat pendidikan kita hari ini masih rendah, sehingga tingkat daya saing tenaga kerja Indonesia masih belum siap bersaing di era ekonomi digital,” ujarnya, dalam agenda diskusi public, beberapa waktu lalu, di Jakarta.
Lanjutnya, di era teknologi 4.0, telah banyak menghilangkan pekerjaan konvensional dan beralih ke pekerjaan baru. Bagi seorang pekerja yang tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan era teknologi 4.0, maka mereka akan banyak kehilangan pekerjaan. Untuk itulah, satu-satunya mengatasi persoalan lemahnya kualitas daya saing, memang harus diciptakan program peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Sebagai contoh, di Indonesia saat ini mayoritas pekerja di sektor formal dan informal mencapai 60 persen dan pada umumnya lulusan SMP ke bawah. Untuk kedepannya, pemerintah harus bisa menurunkan jumlah 60 persen itu, agar daya saing tenaga kerja kita bisa bersaing dengan negara lain,” terangnya.
Tahun lalu, M Hanif Dhakiri, Menteri Tenaga Kerja (Menaker) juga mengatakan bahwa dimana dari 133 juta orang atau sekitar 58 persen angkatan kerja di Indonesia yang masih didominasi lulusan tingkat SD) dan SMP dan sisanya lulusan tingkat SMA/SMK dan Perguruan Tinggi. Menaker juga menyampaikan, bagi yang lulusan tingkat SMK pun masih banyak kendalanya karena kesulitan masuk dunia kerja.
Hal itu dikarenakan kualitas SDM mereka tidak bisa mengimbangi standar kerja dalam perusahaan, ketika lulus dari SMK. Sehingga persoalan pengangguran pun terjadi. “Pengangguran terbuka yang paling tinggi berasal dari tingkat SMK, mencapai sekitar 11,3 persen,” ungkapnya,
Untuk itulah, Menaker sedang kejar target untuk menciptakan program peningkatan kualitas SDM kepada lulusan SMK. Berbagai program vokasi (pelatihan) sedang digalakan sambil bekerja sama dengan pihak perusahaan. “Badan Latihan Kerja (BLK) kembali dihidupkan diberbagai daerah. Segala peralatan dan kebutuhan praktik pelatihan sudah diperbaharui. Pemerintah memang sedang kejar target untuk mengurangi pengangguran terbuka tingkat SMK dan meningkatkan kulitas daya saing kerja,” ucapnya. (AH/berbagai sumber)