ID ENG

Lima Sektor Industri Yang Menyerap 17 Juta Tenaga Kerja

Tanggal Publish: 14/10/2018, Oleh: DPP FSB Garteks

Menyambut bonus demografi 2030, pemerintah terus melakukan penguatan dan pembenahan perekonomian. Pasalnya, kalangan pengamat ekonomi global mengatakan, posisi perekonomian Indonesia akan terus menjadi salah satu yang terkuat dikawasan Asia Pasifik. Bahkan, pada tahun 2030 nanti, kekuatan ekonomi masuk lima besar dikawasan Asia Pasifik. Jadi tak heran, kebijakan pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur diberbagai daerah, merupakan strategi menyambut investor asing yang ingin menancapkan bisnisnya di Indonesia.


Hasilnya memang terbukti. Investor asing pun mulai melakukan kesepakatan kerjasama bisnis industri di Indonesia dengan pemerintah dalam jangka waku yang panjang. Karena para investor asing melihat peluang dan bisnis di Indonesia cukup menjanjikan dan pemerintah terbilang berhasil menjaga stabilitas keamanan negara. Ketika investor asing, seperti dari Jepang, negara-negara Eropa, Cina sudah tergiur, peluang lapangan kerja pun mulai terbuka lebar, khususnya lapangan kerja kepada generasi muda.


Memang ada kendala, ketika pemerintah sedang sibuk memberikan karpet merah kepada investor asing yang akan menjalankan bisnisnya, sumber daya manusia (SDM) masih terbilang lemah dan belum memiliki daya saing. Kondisinya hari ini, mayoritas buruh yang bekerja di Indonesia masih lulusan tingkat SMA/SMK, SMP dan SD dan sisanya lulusan perguruan tinggi. Ditambah lagi, kehadiran revolusi industrialisasi 4.0, dengan kecanggihan digitalisas, robitasasi dan otomatisasi, semakin membuat pemerintah pusing.


Rupanya, kehadiran teknologi industri 4.0, telah banyak berdampak terhadap pengurangan tenaga kerja dalam perusahaan. Bahkan, perusahaan yang tak bisa beradaptasi dengan kehadiran tekonologi industri 4.0 banyak yang gulung tikar. Satu-satunya, untuk mengatasi dampak teknologi industri 4.0, beberapa kementerian sedang gencar melakukan pelatihan (vokasi) yang berbasikan teknologi 4.0 diberbagai daerah. Sehingga nantinya, angkatan muda kerja Indonesia memiliki keahlian dan ketrampilan yang berbasiskan teknologi industrialisasi 4.0 dan mampu menjawab tantangan kerja dalam era globalisasi.


Adapun dampak yang bisa mengancam buruh dalam perusahaan seperti sektor makanan dan minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan kimia. Namun kelima sektor itu pula diprediksi cukup menjanjikan lapangan kerja sampai jutaan orang. Dalam acara seminar Indonesia Economic Outlook di Jakarta, berapa waktu lalu, Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian (Menperin), mengatakan kelima sektor industri itu sedang diminati investor asing. Pemerintah pun sedang melakukan pengembangan industri unggulan lima sektor itu sebesar US$ 200 miliar.


“Lima sektor usaha industri yang sedang diminati investor asing tersebut, pemerintah sudah memperkirakan mampu menyerap 17 tenaga kerja sampai tahun 2030 mendatang. Ketika nantinya lima sektor industri yang kita targetkan berkembang maka pertumbuhan ekonomi naik 5 persen,” ucapnya.

 

Dia menekankan, kelima industri tersebut mampu diklaim mampu bertumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi yang berkisar 5%. Sehingga, pemerintah berupaya mndorong dengan menciptakan iklim bisnis yang kondusif agar bisa menarik investasi dan mendorong pengembangan industri. Kemudian, pemerintah juga terus menyelesaikan tahap negoisasi dan kemudahan akses kepada investor asing yang masuk ke Indonesia.


Seperti kemudahan akses dalam bentuk pengembangan kawasan industri, keberlanjutan bisnis, inklusivitas Usaha Kecil dan Menengah, dan infrastruktur digital. Menperin juga menjelaskan, kelima industri menyumbang 60 persen pertumbuhan manufaktur dan 65 persen produksinya merupakan hasil ekspor. Oleh sebab itulah, mengingat potensi keuntungan terbilang menjanjikan pemerintah fokus juga mempersiapkan calon pekerja yang memiliki daya saing kerja untuk kedepannya. (AH)