ID ENG

Laporan UNICEF, ODI dan ILO: Baru Sepertiga Anak-Anak di Dunia Mendapat Perlindungan Sosial

Tanggal Publish: 07/02/2019, Oleh: DPP FSB Garteks

Dalam pembahasan agenda Konferensi Internasional tentang Hibah Anak, yang diselenggarakan oleh UNICEF, ILO dan Overseas Development Institute (ODI), di kantor pusat ILO di Jenewa pada 6-8 Februari 2019, mendesak agar para pemimpin dunia memperdulikan nasib anak-anak yang dibawah garis kemiskinan. Pasalnya, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan, secara global hanya 35 persen anak-anak mendapat jaminan perlindungan sosial.

Seperti di negara Eropa dan Asia Tengah mencapai  87 persen , kemudian di Amerika 66 persen 28 dan sisanya di negara-negara Asia dan Afrika sebesar 16 persen. Namun pada saat yang bersamaan, fakta yang terjadi satu dari lima anak-anak hidup dibawah garis kemiskinan (kurang dari US $ 1,90 per hari). Kemudian hampir setengah dari anak-anak dunia dalam kemiskinan 'sedang' (di bawah $ 3,10 sehari).  

“Hampir di mana-mana, kemiskinan memengaruhi anak-anak secara tidak proporsional, karena mereka dua kali lebih mungkin untuk hidup dalam kemiskinan ekstrem,” Isabel Ortiz, Direktur Perlindungan Sosial, ILO, dalam keterangan tertulis, di Jenewa, Swiss.

Lembaga dunia itu menyerukan agar mempercepat program Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), untuk menyelamatkan anak-anak di dunia yang belum mendapat jaminan perlindungan sosial. Sebab, dengan adanya program SDGs, akan sangat bermandaat untuk meningkatkan akses ke gizi, kesehatan dan pendidikan, serta mengurangi pekerja anak dan kemiskinan dan kerentanan anak.

UNICEF, ODI dan ILO juga mencatat ada beberapa negara berkembang yang sudah mulai serius menjalankan program SGDs. Seperti di negara Argentina, Brasil, Chili, Mongolia dan Afrika Selatan. Walau negara tersebut bukan negara kaya, namun rasa kepeduliannya terhadap nasib anak-anak dibawah garis kemiskinan sudah terlihat. Lembaga UNICEF dan ILO berharap agar negara berkembang lainnya meniru negara-negara tersebut yang sudah serius menjalankan program SGDs.

Sebab, masih banyak negara yang belum serius menjalankan program SDGs. Bahkan memotong anggaran subsidi untuk jaminan perlindungan sosial untuk anak-anak untuk dialihkan ke kebutuhan lainnya. “Intinya, untuk meningkatkan kehidupan semua anak-anak di dunia memang dibutuhkan  prioritas dan kemauan politik dari pemimpin negara itu sendiri,” ungkap Isabel Ortiz.

Sementara itu, Alexandra Yuster, Direktur Asosiasi UNICEF dan Kepala Kebijakan Sosial, mengatakan setiap dari persoalan kemiskinan di dunia ini, anak-anak yang selalu menjadi korbannya.  Nutrisi dan kesehatan mereka pasti akan sangat memprihatinkan dan masa depan pendidikan mereka pun tak punya harapan.

"Negara-negara harus mengutamakan anak-anak dan menjangkau setiap anak dengan perlindungan sosial untuk mengakhiri kemiskinan demi kebaikan,” ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Francesca Bastagli, Kepala Program Perlindungan Sosial dan Kebijakan Sosial di ODI. Dia mengatakan kebijakan dan sistem perlindungan sosial dapat membuat perbedaan besar dan merupakan salah satu instrumen utama yang tersedia bagi pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dan ketidaksetaraan dan memenuhi SDGs.

"Sangat penting bagi pemerintah dan organisasi internasional untuk mengenali bukti jelas yang muncul di bidang ini. Dengan menyatukan para pemimpin pemerintah, peneliti, dan praktisi dari seluruh dunia, Konferensi Internasional tentang Hibah Anak Universal adalah peluang ideal bagi mereka untuk terlibat dengan masalah penting ini. instrumen kebijakan,” tutupnya. (AH/www.ilo.org)