ID ENG

Ini Sikap Aktivis Buruh Perempuan FSB GARTEKS KSBSI Pada Momen ‘International Women’s Day’ 2023

Tanggal Publish: 08/03/2023, Oleh: DPP FSB Garteks

Hari ini, tepatnya setiap tanggal 8 Maret, masyarakat dunia merayakan hari Perempuan Internasional, atau dikenal ‘International Women’s Day’. Dimana, dalam setiap perayaan tersebut, serikat buruh di seluruh dunia pun ikut merayakannya dan menyuarakan hak keadilan yang layak bagi buruh perempuan diseluruh dunia.    

Yumana Sagala Ketua Departemen Perempuan DPP FSB GARTEKS KSBSI mengatakan pada peringatan International Women’s Day 2023 ini, sebenarnya masih banyak hak-hak buruh perempuan yang harus diperjuangkan sampai sekarang ini. Salah satunya, dia bersama aktivis serikat buruh masih konsisten untuk mendesak pemerintah melakukan ratifikasi Konvensi ILO No.190 Tahun Tentang Kekerasan dan Pelecehan di Dunia Kerja.

“Karena tak bisa dibantah, sampai hari ini, kasus kekerasan dn pelecehan seksual masih banyak terjadi di dunia kerja. Bahkan, ketika ada buruh yang menjadi korban belum bisa ditangani secara hukum dengan maksimal,” ucapnya, saat diwawancarai melalui seluler, Rabu (8/3/2023).

Lanjutnya, Yumana mengatakan kampanye cuti 14 Minggu atau maternitas bagi buruh perempuan yang melahirkan juga masih tetap digaungkan. Selama ini, FSB GARTEKS KSBSI bersama jaringan serikat buruh/pekerja dan industriall. Walau dia mengakui, pemerintah pun sampai hari ini belum mengakomodir suara kritis buruh perempuan.

“Termasuk, cuti haid saja bagi buruh perempuan saja, masih banyak pengusaha yang mempersulitnya, dengan alasan akan berpengaruh pada produksi perusahaan. Padahal, cuti haid bagi buruh perempuan di tempat mereka bekerja itu sudah diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan,” tegasnya.

Yumana menegaskan, DPP FSB GARTEKS KSBSI sangat konsisten memperjuangkan hak-hak buruh perempuan di dunia kerja. Serta rutin melakukan pelatihan dan pengkaderan kepada pengurus dan anggotanya. Terutama diberikan kepada srikandi-srikandi FSB GARTEKS KSBSI, seperti pelatihan Gender Bassed Violence (GBV), kesetaraan gender dan pelatihan kepemimpinan.

Menurut Yumana, posisi tawar gerakan buruh perempuan sekarang ini sudah sangat bagus dihadapan pemerintah dan mengalami kemajuan yang signifikan. Hal ini terlihat, sudah banyak diantara mereka yang sudah menjadi pengurus serikat buruh. Baik ditingkat Pengurus Komisariat (PK) perusahaan, Dewan Pengurus Cabang (DPC) sampai tingkat nasional dan internasional.

Termasuk, saat merumuskan konsep dan perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan perwakilan manajemen perusahaan, Yumana mengatakan sudah banyak perwakilan aktivis buruh perempuan yang tampil berbicara. Serta melakukan teknik negoisasi dalam memperjuangkan upah layak. Termasuk, mereka juga berhasil memasukan pasal-pasal dalam PKB, agar pengusaha menerapkan perusahaannya bebas dari kekerasan dan pelecehan seksual.

“Dalam hal kepemimpinan, saya akui sangat bangga. Karena sudah banyak aktivis buruh perempuan yang lahir dari tingkat bawah dan mereka memiliki kesadaran kritis untuk berani menjadi pemimpin,” ujarnya.

“FSB GARTEKS KSBSI juga sudah beberapa kali membuat prestasi, karena menangani kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang dialami anggota dibeberapa perusahaan. Sehingga si pelaku juga di pecat dari perusahaan tanpa pesangon,” terangnya.

Intinya, Yumana menjelaskan pelatihan dan pendidikan yang diberikan FSB GARTEKS KSBSI kepada pengurus dan anggotanya sudah maksimal. Termasuk, sudah menyadari akan pentingnya  kehadiran perempuan di lingkungan serikat buruh. Dia berharap, kedepannya FSB GARTEKS KSBSI bisa lebih banyak lagi membuat pelatihan dan pendidikan hak kesetaraan gender. Terutama dari tingkat PK sampai DPC.

“Saya juga berharap, dari pengurus struktur tingkat PK, DPC sampai nasional harus ada keterwakilan dari buruh perempuan,” tegasnya.

Sebab, Presiden KSBSI Elly Rosita Silaban pun sekarang ini adalah lahir dari kader terbaik FSB GARTEKS KSBSI. Karena itu, ia berharap agar DPP FSB GARTEKS KSBSI harus sudah mulai mempersiapkan kader-kader buruh perempuan yang masih muda sejak dini. Supaya nantinya tercipta regenerasi kader buruh perempuan yang cerdas, berani dan militan. (AH)