ID ENG

Dirgahayu KSBSI ke 32 Dirayakan Dengan Kesederhanaan

Tanggal Publish: 26/04/2024, Oleh: DPP FSB Garteks

Tepatnya, pada 25 April 2024 kemarin, Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 32. Tentu saja, serikat buruh yang berdiri di era pemerintahan otoriter Orde Baru (Orba) ini semakin bertambah dewasa dan telah melewati berbagai macam tantangan sulit dalam memperjuangkan hak buruh Indonesia agar sejahtera.

Bahkan, saat awal berdiri sampai tumbangnya Presiden Soeharto pada Mei 1998 yang dikenal berkuasa selama 32 tahun, banyak pendiri dan aktivis KSBSI menjadi korban kekerasan militer sampai meninggal. Termasuk Muchtar Pakpahan, salah satu tokoh pendiri KSBSI pun juga sempat dipenjara dan kemudian hari dilepaskan, setelah era reformasi dimasa B.J Habibie menjabat Presiden Repubik Indonesia.

Bertempat di Kantor KSBSI, Cipinang Muara, Dewan Eksekutif Nasional (DEN) KSBSI) merayakan Dirgahayu KSBSI yang ke 32. Perayaan ini dirayakan secara sederhana namun penuh hikmah. Dihadiri perwakilan pengurus pusat Federasi Serikat Buruh (FSB) afiliasi KSBSI. Serta pengurus Koordinator Wilayah (Korwil) KSBSI DKI Jakarta, lembaga bentukan serta staf KSBSI.

Dalam kata sambutannya, Dedi Hardianto Sekretaris Jenderal (Sekjen) KSBSI mengatakan usia KSBSI telah memasuki 32 tahun. Jadi, sudah waktunya KSBSI harus terus berbenah menjadi serikat buruh yang profesional untuk menjawab tantangan zaman teknologi. Terutama dalam melayani dan memperjuangkan hak buruh Indonesia. Serta bersikap kritis kepada pemerintah apabila ada kebijakan yang merugikan buruh.

“Saya bangga dengan KSBSI yang masih bersikap kritis, namun  banyak memberikan pemikiran dan gagasan kepada pemerintah untuk memperbaiki kesejahteraan buruh,” ucapnya, Kamis (25/4/2024).

Dedi menegaskan gerakan buruh itu akan mengalami degradasi, kalau semua pengurusnya tidak lagi memiliki kesadaran memperjuangkan hak buruh. Termasuk pengurusnya sudah mengutamakan kepentingan diri sendiri untuk memperkaya materi. Oleh sebab itu, Dia berharap semua pengurus yang berafiliasi dengan KSBSI, harus terus konsisten dan tetap setia pada garis perjuangan buruh.

“Tantangan serikat buruh di Indonesia hari ini semakin berat sejak disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja, terutama di kluster ketenagakerjaan. Karena undang-undang ini telah mendegaradasi hak buruh di dunia kerja. Sehingga buruh pun sekarang ini sudah takut bergabung ke serikat buruh,”ungkapnya.

Selain itu, Dedi berpesan kedapan kader-kader muda KSBSI agar tidak melupakan sejarah. Sebab, berdirinya KSBSI dan telah memasuki usia yang ke 32 tahun, ini tidak segampang membalikan teapak tangan. Telah banyak pengorbanan tenaga, pikiran dan waktu. Bahkan pendiri dan senior KSBSI siap menjadi korban masuk penjara dan menerima perlakuan kekerasan dari aparat militer dimasa pemerintahan Orba.

“Semuanya itu dilakukan karena terpanggil untuk memperjuangkan hak buruh. Jadi saya berharap kepada kader-kader muda KSBSI harus tetap mengingat sejarah serta menghormati para pendiri dan senior-senior KSBSI,” tegasnya.   

Dedi juga menegaskan KSBSI tetap menolak Undang-Undang Cipta Kerja, khususnya kluster ketenagakerjaan. Karena undang-undang ini sangat berdampak merugikan masa depan buruh di dunia kerja. Dan dia juga meminta agar KSBSI jangan pernah berhenti belajar mengikuti perkembangan industrialisasi. Sebab, jika tidak beradaptasi di era perkembangan digitilisasi, maka akan menjadi ancaman hilangnya kekuatan gerakan buruh.

Acara perayaan HUT KSBSI ke 32 ini tidak dihadiri Elly Rosita Silaban, karena dirinya sedang berada di Paris, menghadir pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Menteri Global International Energy Agency (IEA). Kemudian diantaranya dihadiri Rasmina Pakpahan Bendahara Umum DEN KSBSI sekaligus pendiri KSBSI, Trisnur Priyanto Ketua Umum DPP FSB GARTEKS KSBSI, Binson Purba Ketua Umum DPP FSB KIKES KSBSI, Carlos Rajagukguk Ketua Umum DPP FSB NIKEUBA KSBSI, Efendi Lubis Ketua Umum DPP FTIA KSBSI, Eduard Marpaung Sekjen DPP Lomenik KSBSI serta tamu undangan lainnya. (AH)