ID ENG

Direktur Jenderal ILO: Limbah Elektronik Menjadi Ancaman Dunia

Tanggal Publish: 29/01/2019, Oleh: DPP FSB Garteks

Tujuh lembaga internasional yang bermitra dengan PBB, diantaranya, termasuk organisasi perburuhan internasional (ILO) bersama Forum Ekonomi Dunia dan Dewan Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan (WBCSD) menyerukan agar perusahaan dan masyarakat dunia akan bahaya limbah elektronik (e-waste). Berdasarkan data yang ditemukan, setiap tahunnya hampir 50 juta ton limbah elekronik dan listrik. Jika ditotalkan, limbah elektronik yang terbuang itu mencapai 62,5 miliar Dolar US, lebih dari Produk Domestik Bruto (PDB) sebagian negara. Tapi sayangnya, semuanya itu telah mengancam kesehatan manusia dan kerusakan alam 

Dari 50 juta ton limbah elektronik yang terbuang diseluruh negara, limbah elekronik yang mencemarkan itu sudah 20 persen didaur ulang. Seperti masyarakat di negara Cina ada lebih dari 600.000, pekerja informal (perempuan dan laki-laki) yang setiap harinya bekerja mengumpulkan, memperbaiki, membarui, membongkar, mendaur ulang, dan membuang limbah elektronik. Tapi mirisnya, pekerja informal yang mengumpulkan limbah industri itu tidak mengikuti standar kesehatan kerja, sehingga dampaknya bisa mengancam kesehatan mereka.

Oleh sebab itulah, berdasarkan laporan riset yang baru dipublikasikan oleh koalisi tujuh lembaga internasional yang menjadi mitra PBB bersama World Economic Forum dan WBCSD, menyerukan kepada seluruh pemimpin negara untuk segera mengevaluasi kembali industri elektronik. Sebab, produksi elektronik yang dihasilkan perusahaan dinilai telah berlebihan kepada konsumen. Sehingga hasil dari produksi elektronik itu ujung ceritanya menjadi limbah yang sangat mengancam kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk pekerja elektronik dalam perusahaan.

“Sudah waktunya memang dibutuhkan sebuah konsep untuk mengatasi limbah elektronik dalam bentuk konsep eknomi hijau yang ramah lingkungan.  Untuk menciptakan konsep ekonomi hijau memang harus berkolaborasi  dengan pemerintah, pengusaha dan serikat buruh/pekerja , ”kata Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder, dalam keterangan tertulisnya, beberapa waktu lalu.

Intinya, Direktur Jenderal ILO mengatakan segala bentuk efisiensi yang berkaitan dengan elektornik sebaikn ya dibatasi. Untuk limbah elektonik, dia menyarankan agar sebaiknya di daur ulang kembali untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dunia. Dimana, proses daur ulang limbah elektronik nantinya akan sangat penting untuk produksi di masa depan.

“Jika limbah elektronik tersebut dikelola dengan konsep usaha kecil dan menengah (UKM) sambal bermitra dengan perusahaan, serikat buruh/pekerja, akademisi dan masyarakat akan bisa menciptakan  jutaan pekerjaan yang layak di seluruh dunia,” jelasnya.

Adapun  mendukung kerja Koalisi Limbah Industri seperti , Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), International Telecommunication Union (ITU), Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Lingkungan PBB), Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO), Institut Pelatihan dan Penelitian Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNITAR), Universitas Perserikatan Bangsa - Bangsa (UNU) dan Sekretariat konvensi Basel dan Stockholm (www.ilo.org/global)